Headlines News:
T. Noval Ariandi. Powered by Blogger.

Latest Post

Jadwal Penerbangan

Written By T Noval Ariandi on Tuesday, 21 April 2015 | 06:42

Garuda Indonesia
Jakarta – Banda Aceh
07:50 – 12:30
12:00 – 14:45
Banda Aceh – Jakarta
08:20 – 11:05
15:50 – 18:35

Lion Air
Jakarta – Banda Aceh
08:45 – 11:35
Banda Aceh – Jakarta
12:15 – 15:05
Penang – Banda Aceh
12:10 – 15:55
Banda Aceh – Penang
13:00 – 18:05

Air Asia
Kuala Lumpur – Banda Aceh
08:00 – 08:25
Banda Aceh – Kuala Lumpur
08:50 – 11:20

Firefly
Penang – Banda Aceh
11:05 – 11:45
Banda Aceh – Penang
12:15 – 2:55

Penginapan Kuta Raja

Hermes Palace Hotel
Jl. P.Nyak Makam, Lambhuk
Ulee Kareng Banda Aceh
Telp. (0651)74177222
Email. info@hermespalacehotel.com
www.hermespalacehotel.com

Sultan Hotel
Jl. Sultan Hotel No.1
Peunayong Banda Aceh
Telp. (0651)22469
Fax. (0651)31770

Grand Nanggroe Hotel
Jl. Tgk. Imum Loeng Bata
Banda Aceh
Telp. (0651)35788 – 35779
Fax. (0651)35778
Email. gnh_atjeh@yahoo.com
www.grandnanggroehotel.com

Hotel Paviliun Seulawah
Jl. Prov.Madjid Ibrahim II No.3
Banda Aceh
Telp. (0651)22788 – 22872
Fax. (0651)34103

Oasis Atjeh Hotel
Jl. Tgk.Imum Lueng Bata
Banda Aceh
Telp. (0651)7405820
Fax. (0651)63533
Email. marketing@oasisatjehhotel.com
www.oasisatjehhotel.com

Hotel Regina
Jl. Tgk.Daud Bereueh No.49
Banda Aceh
Telp. (0651)31370
Fax. (0651)33341

Hotel Rasa Mala Indah
Jl. T.Umar No.357
Seutui Banda Aceh
Telp. (0651)42160 – 42536
Email. rasamalahotel@telkom.net

Hotel 61
Jl. T.P.Polem No.28B
Banda Aceh
Telp. (0651)638866
Fax. (0651)638855
Email. reservation@hotel61.web.id

Hotel Diana
Jl. T.Hamzah Bendahara No.80
Kuta Alam Banda Aceh
Telp. (0651)636634
Fax. (0651)635540

Hotel Lading
Jl. Cut Mutia No.19B
Banda Aceh
Telp. (0651)635123
Fax. (0651)638321
Email. info@ladinghotelaceh.com
www.ladinghotelaceh.com

Hotel Medan
Jl. A.Yani No 17
Peunayong Banda Aceh
Telp. (0651)21501
Fax. (0651)23514
Email. info@hotel-medan.com
www.hotel-medan.com

Hotel Kuala Radja
Jl. Tgk.Daud Beureueh No.187
Banda Aceh
Telp. (0651)29687
Fax. (0651)636033
Email. krhotel@gmail.com
www.hotelaceh.com

Seni Batu Cincin Aceh

Written By T Noval Ariandi on Saturday, 28 July 2012 | 07:10


1. Batu Giwang
Kode : BTC001
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Coklat Hitam
 Harga :  Rp.




2. Batu Bunga Karang
Kode : BTC002
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Coklat Hitam
 Harga : Rp.



   
3. Batu Kecubung
Kode  : BTC003
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.



4. Batu xxx
Kode  : BTC004
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




5. Batu xxx
Kode  : BTC005
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.
  



6. Batu xxx
Kode  : BTC006
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




 
7. Batu xxx
Kode  : BTC007
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.



  
8. Batu xxx
Kode  : BTC008
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.



9. Batu xxx
Kode  : BTC009
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.





10. Batu xxx
Kode  : BTC010
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




11. Batu xxx
Kode  : BTC011
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.





12. Batu xxx
Kode  : BTC012
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




PT. Sabang Travel

Written By T Noval Ariandi on Friday, 27 July 2012 | 10:23


Melayani Travel Antar Jemput Bandara SIM

Alamat Kantor: T. Iskandar No.32 Baurewe, Banda Aceh
Contak Person: 0651-34807, Fax. 0651-34808, 0852 7743 1415

Tsunami & History Banda Aceh TOUR PACKAGE



ANDA ACEH TOUR
03 HARI 02 MALAM ­_ STBNAT01

I T I N E R A R Y  T O U R :
 HARI  01 | TIBA -  BANDA ACEH  (X/L/D)
Tiba di bandara Sultan Iskandar Muda, Check in hotel, mengunjungi mesjid baiturahman banda aceh , Mengunjungi museum Tsunami, The Tugu “Thanks To Word”Tsunami blang padang, Kapal PLTD Apung yang terletak ditengah pemukiman penduduk Museum aceh dan Rumah adat aceh, lonceng cakra donya, gunongan, taman putroe phang, kuburan belanda kherkof.Acara bebas

HARI 02| BANDA ACEH –LHOKNGA/LAMPU’UK  (B/L/D)
mengunjungi makam syiah kuala yang merupakan makam yang selamat diterjang ombak tsunami, kapal boat nelayan yang terletak diatas rumah, Mengunjungi kuburan massal tsunami di ulee lheue, pelabuhan ulee lheue yang pernah diporakporandakan oleh tsunami, Mengunjungi wisata sejarah  Rumoh Cut Nyak Dhien yaitu rumah tinggal pahlawan aceh. mengunjungi wisata bahari pantai lhoknga/lampuuk yang sangat indah dan juga pernah diterjang ombak tsunami., wisata kuliner malam di “Rex culinary tourism”/acara bebas

HARI  03| FREE PROGRAME – TRANSFER OUT  (B/L/X)
Check out hotel,. Kemudian belanja souvenir aceh selanjutnya menuju bandara sulthan iskandar muda guna melanjutkan perjalanan menuju kota tujuan anda. Acara tour selesai


Paket termasuk:
  • Ac transportasi
  • 2 x makan pagi di hotel, 3 x makan siang, 2 x makan malam
  • Lokal guide
  • Tiket masuk tempat Wisata sesuai program tour di atas
  • 2 malam akomodasi sesuai hotel pilihan di atas
  • Mineral water / aqua selama aktifitas berlangsung
Paket tidak termasuk:
  • Tipping guide & supir
  • Pengeluaran pribadi (Laundry, Telephone, Mini Bars,dll)
  • Tiket pesawat
  • Airport tax
  • Porter

Note:
  • Harga bisa berubah sewaktu-waktu
  • Uang Muka 50% dari total harga yang dikonfirmasi 15 hari sebelum hari H.
  • Sisa pembayaran 50% ditransfer 2 hari sebelum hari kedatangan (Bukti pembayaran di Fax).
  • Apabila tour dibatalkan 7(tujuh) hari sebelum hari kedatangan, dikenakan biaya pembatalan 50% dari harga paket, dan
  • Apabila tour dibatalkan pada hari H, biaya pembatalan 100% dari harga paket dan jadwal bisa berubah sesuai dengan permintaan.

Lemak Mameh Boh Drien Buloh

Lhokseumawe – “Piyoh..piyoh, lemak mameh boh drien Buloh, neu piyoh hai rakan keuno neu pajoh,” sorak para pedagang di Jalan Perdagangan Kota Lhokseumawe, saling menarik pelanggan yang artinya kira-kira; singgah..singgah, lemak manis durian Buloh, mari singgah hai kawan disini kita makan.
Ramai pedagang yang lantang menyapa, memanggil mereka yang melintasi jalan utama dalam kota. Maklum saja, saat ini musim durian sedang menggerayangi kota Petro Dollar tersebut. Suasana malam menjadi semakin ramai. Laiknya sebuah pasar malam.
Merasa penasaran, The Atjeh Post pun singgah di salah satu lapak penjual durian yang dalam bahasa latinnya disebut dengan durio zibethinus ini. Pemilik lapak durian tersebut bernama Haji Uma. Usianya sudah 41 tahun. Warga Puenteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe ini merupakan agen besar pemasok durian terbesar di kota tersebut.
Pria Berprawakan tinggi besar ini, mencoba menarik perhatian pelanggan dengan membelah sebuah durian dan lansung menyodorkannya kepada kami.
Neu tes jue hai bang, hana loen lakee peng (silakan tes hai bang, tidak saya minta uang),” tungkas Haji Uma sembari tersenyum pada Rabu 11 Juli 2012.
"Lemak ngon mameh boh drien buloh, nyoe kon bang? (lemak dan manis durian buloh, ya kan bang?)," kata Haji Uma, menggoda pelanggan lain dengan mengharap persetujuan kami.
Menurut Haji Uma, durian-durian itu berasal dari Desa Buloh Blang Ara, Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara. Di desa itu, para pekebun yang memilki pohon durian saat ini sedang memanen tahap awal buah yang memilki bau menyengat itu.
Rasanya memang begitu manis, dagingnya yang tebal membuat buah itu juga lemak. Dikatakan Haji Uma, lemak manis durian itu karena para pekebun di desa Buloh tidak memetik langsung buahnya dari pohon. Melainkan menunggu buah itu jatuh dengan sendirinya.
"Hana geu pot, geu preh rheut dari bak jih langsung (tidak dipetik, menunggu jatuh dari pokoknya lansung),” kata Haji Uma.
Harga Durian yang ditawarkan oleh para pedagang, dikatakan Haji Uma relatif murah. Untuk buah durian berukuran besar, sebut dia hanya dijual dengan harga dua puluh ribu rupiah per buahnya. Sedangkan yang berukuran sedang dijual dengan harga lima belas ribu rupiah dan untuk yang kecil bisa mencapai sepuluh ribu rupiah saja.
"Kali nyoe agak murah bacut yum, paleng meuhai dua ploh ribee, hai nyan kon keupu laen, bak mandum beu jeut geupajoh boh nyoe (kali ini agak murah sedikit harganya, paling mahal dua puluh ribu rupiah, itu agar semua orang bisa memakan buah ini," jelas Haji Uma.
Durian-durian asal desa Buloh Blang Ara itu, bukan hanya dipasarkan di Kota Lhokseumawe saja. Produk lokal pekebun tersebut bahkan dijual hingga keluar daerah. Misalnya dikirim hingga ke Medan, Banda Aceh, Sabang serta beberapa daerah lainnya. Lebih menarik lagi, peminat buah durian di Kota Lhokseumawe juga berasal dari luar negeri seperti dari Korea dan Amerika. Seperti yang berasal dari Korea dikatakan Haji Uma, mereka bahkan memborong buah durian hingga 50 dan 60 buah dari lapaknya.
"Na awak bulek Amerika, awak Korea na syit yang bloe (ada orang bule Amerika, orang Korea juga ada yang membeli)," jelas Haji Uma.
Panen raya buah durian menurut Haji Uma akan lebih terasa berat pada bulan Suci Ramadhan. Saat itu, kata dia, harga buah durian akan menurun dan lebih murah dari harga sekarang.
Tidak hanya pedagang durian yang bisa meraup untung dari durio zibethinus ini. Pedagang pulot bakar juga kelimpahan rezeki saat durian tiba musim panen. Marlia salah satunya.
Wanita berusia 35 tahun yang berasal dari Dusun Mulia Kota Lhokseumawe yang menjajakan pulot bakar tersebut kerap meraup untung besar saat musim panen durian. Dari satu bambu beras pulut yang dibuatnya, ia bisa mendapatkan keuntungan hingga delapan puluh ribu rupiah.
Padahal, harga beras pulut per bambunya hanya berkisar tiga pulu ribu rupiah saja. Harga pulut per satu buah dijual nya dengan harga seribu rupiah. Kemudian pulut itu oleh para pembeli dipadukan dengan durian Buloh untuk penganannya.
"Memang lemak mameh boh drien Buloh," kata Marlia, seraya mengumbar senyum lebar dan menyuguhkan jajanan pulotnya pada The Atjeh Post. (Sumber)

Kampung Jacky Chan di Aceh

Kampung persahabatan Indonesia-Tiongkok yang lebih terkenal dengan Kampung Jacky Chan terletak di di perbukitan Desa Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, sekitar 17 km dari Banda Aceh.



Mengapa lebih dikenal Kampung Jacky Chan? Padahal, yang membangun pemerintah Tiongkok? Konon yang mensponsori dan menggalang dananya Jacky Chan. Tapi, dalam prasasti disebutkan bahwa Kampung Jacky Chan atau Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok itu didanai China Charity Federation and Red Cross Society of China. Dan, pelaksanaan pembangunan dilakukan langsung oleh kontraktor dari Tiongkok, yakni Synohydro Coorporation China, yang diresmikan 19 Juli 2007.

Pemerintah Tiongkok membangun 606 unit rumah tipe 42 di areal 22,4 hektare untuk korban tsunami 2004,Pembangunan hunian korban tsunami itu merupakan hasil kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok saat Presiden SBY berkunjung ke negeri itu pada 28 Juli 2005. Kesepakatan itu dilanjutkan oleh donatur masyarakat Tiongkok bekerja sama dengan Kabupaten Aceh Besar. Termasuk dalam hal pemilihan lokasi.

Peletakan batu pertama dilakukan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Lian Lik Juan. Pada 19 Juli 2007, kompleks hunian korban tsunami yang menelan dana USD 7 juta (sekitar Rp 65 miliar) itu diresmikan. Pekerjaan senilai USD 7 juta merupakan proyek hibah terbesar Tiongkok di antara daerah yang sama-sama dilanda tsunami.

Nuansa negeri Tiongkok begitu kental saat memasuki gerbang Kampung Jacky chan yang sebenarnya mirip kompleks bungalo, atau vila itu.




Gerbang masuk perumahan cukup lebar dengan ornamen dibuat layaknya memasuki pintu atau gerbang bangunan umumnya di Tiongkok atau kompleks Chinatown di banyak negara. Benar-benar ciri khas Tiongkok. Di sana juga terpampang tulisan ’’Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok’’ dalam huruf besar-besar di pintu masuk.

Selain bangunan yang tertata rapi, jalan mulus naik turun mengikuti kontur perbukitan sungguh elok. Rumah bantuan pemerintah Tiongkok itu lebih mirip kompleks perumahan elite di Pulau Jawa umumnya.
Apalagi, kualitas bangunan rumah masing-masing bertipe 42 itu cukup bagus. Ditambah lagi, cat warna warni pada setiap blok yang makin menambah indahnya perumahan di perbukitan tersebut.



Tak heran, pemukiman korban tsunami yang dibangun pemerintah Tiongkok di perbukitan itu sangat dikenal warga Banda Aceh, Kampung Jacky Chan sungguh sangat strategis. Selain berada di ketinggian sekira 300 meter, juga berjarak sekira 1,5 kilometer dari pantai. Posisi itu membuat kampung itu relatif aman dari tsunami serta memiliki pemandangan yang elok.Sejauh mata memandang, berada di puncak bukit Desa Neuheun, tempat perumahan korban tsunami sumbangan pemerintah Tiongkok dibangun, semuanya tampak indah. Laut, pantai, pelabuhan, permukiman, dan gunung seakan sambung-menyambung. Panorama dari atas bukit benar-benar memesona.

Tampak Kota Banda Aceh, ibu ota Provinsi Serambi Makkah, dengan rumah-rumah dan gedung tinggi. Lalu, agak sebelah kanan terlihat Pelabuhan Ulee Lheu yang sempat porak-poranda oleh tsunami tampak mulai bangkit.





Tak jauh dari perumahan, deretan pantai berpasir putih nan menawan dan sebelahnya Pelabuhan Malahayati. Jauh nun di sana, sekira 32 kilometer dari pantai, tampak jelas Pulau Weh dengan Pelabuhan Balohan.Kalau malam, sorot mobil yang jalan di Pulau Weh tampak dari atas bukit Perumahan.

Kontur Pulau Weh memang berbukit-bukit. Dari Pelabuhan Balohan yang menjadi pintu masuk kapal penumpang, jalannya terus menanjak ke Sabang, ibuKota Pulau Weh, yang jaraknya sekira 10 km.




Perumahan Jacky Chan juga dilengkapi sarana ibadah dengan masjid yang besar dan indah, ada gedung TK, SD, poliklinik, dan sarana bermain. Mulai lapangan basket, lapangan bola, gedung petemuan, hingga pasar mini. Di setiap tempat itu terpampang tulisan ’’Bangunan ini sumbangan masyarakat Tiongkok’’ lengkap dengan huruf China.



Untuk memenuhi kebutuhan air, semula warga sedikit kesulitan karena lokasinya berada di ketinggian. Namun, BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Aceh-Nias berhasil membangun sumur bor di wilayah itu hingga bisa memenuhi kebutuhan penghuni. Listrik pun menyala 24 jam nonstop

Penghuni Kampung Jacky Chan yang merupakan para korban tsunami 26 Desember 2004 terdiri atas beragam latar belakang profesi dan etnis.Nelayan, penarik becak motor (ojek), pedagang, pegawai, maupun wiraswasta, semua ada di sini. Sebagaian dari Aceh, ada keturunan Aceh-Jawa, Tionghoa, dan suku yang lain. Semua hidup rukun dan saling membantu karena merasa senasib.Misalnya, jika ada penghuni lain yang memiliki keperluan mendadak, ada keluarga atau anaknya sakit, dan tidak ada kendaraan, bisa diantar atau meminjam kendaraan penghuni lain. (Sumber)

Penerbangan

Written By T Noval Ariandi on Tuesday, 19 June 2012 | 07:41

Batavia Air

Batavia Air

Untuk keterangan lebih lanjut harap kunjungi website resmi Batavia Air.



Fax
:
(62-21) 3864486

Kontak
:
(62-21) 3864308


Merpati Nusantara Airlines

Merpati Nusantara Airlines

Untuk keterangan lebih lanjut harap kunjungi website resmi Merpati Nusantara.


Fax
:
(+62 21) 6540620

Kontak
:
(+62 21) 6548888 


Sriwijaya Air

Sriwijaya Air

Untuk keterangan lebih lanjut harap kunjungi website resmi Sriwijaya Air.


Fax
:
-

Kontak
:
(62-21) 6396006 
Garuda Indonesia

Garuda Indonesia

Untuk keterangan lebih lanjut harap kunjungi website resmi Garuda Indonesia.



Fax
:
(+6221) 2351 9999

Kontak
:
(+6221) 2351 9999
(+6280) 4180 7807


Air Asia

Air Asia

Untuk keterangan lebih lanjut harap kunjungi website resmi Air Asia.



Fax
:
(+6221) 5050 5088

Kontak
:
(+6221) 5050 5088 


Lion Air

Lion Air

Untuk keterangan lebih lanjut harap kunjungi website resmi Lion Air.



Fax
:
(+6221) 633 5669

Kontak
:
(+6221) 633 8345
(+6221) 6379 8000
(+6221) 6387 1111
(+6280) 4177 8899
(+6281) 9222 9999
(+65) 6339 1922

 

Kopi Gayo Termahal di Dunia "Agro Aceh"


SUASANA di salah satu stand produsen dalam pameran kopi dunia ke-24 di Portland, Oregon, AS yang diselenggarakan Specialty Coffee Association of America (SCAA) selama empat hari, 19-22 April 2012. FOTO: SCAA

* Dalam Pameran Kopi di Oregon, AS
TAKENGON - Kopi asal dataran tinggi Gayo, jenis arabika menjadi kopi termahal di dunia pada 2011 lalu, mengalahkan produsen terbesar dunia, Brazil. Hal itu terungkap dalam pameran kopi dunia yang diselenggarakan organisasi Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat.
Perhelatan akbar itu diikuti produsen kopi dan ikutannya dari seluruh dunia, khususnya dari kawasan tropis, seperti Amerika Latin, benua hitam Afrika dan Asia. Para pengurus koperasi bidang perkopian Aceh Tengah dan Bener Meriah ikut meramaikan pameran kopi tersebut selama empat hari, 19 sampai 22 April 2012.
Ketua Forum Fair Trade Asia Pasifik, Mustawalad yang mengikuti pameran kopi di Oregon kepada Serambi Selasa (8/5) di Takengon mengatakan harga kopi Gayo merupakan yang termahal di AS, sehingga posisi pasar turun dari empat pada 2010 menjadi lima pada 2011.
“Meski peringkat kopi Gayo turun di pasar Amerika Serikat, namun jumlah yang dipasarkan meningkat 11 persen,” jelasnya. Dia menyebutkan, kopi Brazil atau Kolombia asal Amerika Latin hampir setengah harga dari kopi Gayo. Kopi Amerika Latin dibandrol 3,5 sampai 4 dolar AS/kg atau sekitar Rp 32.000 sampai Rp 37.000/kg.
Sedangkan kopi arabika Gayo 7,2 sampai 8 dolar AS/kg atau sekitar Rp 67.000 sampai Rp 74.000/kg. Dia menilai, kopi Gayo memiliki cita rasa khas dibandingkan dari negara lain, sehingga harganya lebih mahal. “Kopi Gayo merupakan kopi khusus (specialty) dengan skor cupping test di atas 80,” jelasnya.
Selain itu, sejumlah produsen kopi Gayo juga mendapat kontrak baru dari pembeli Amerika yang diperoleh saat ikut pameran di Oregon. “Koperasi asal Aceh Tengah dan Bener Meriah yang ikut dalam pameran itu, masing-masing membawa lima sampel bersertifikat Fair Trade dan Organik,” ujar Mustawalad.
Pameran SCAA yang bertujuan menjaga hubungan dengan pembeli di Amerika Serikat, sebagai penikmat kopi Gayo terbesar selain mendapatkan pembeli baru serta perkembangan kopi dunia, seperti mesin pengolahan hingga paking. “Dalam pameran itu, ada sekitar 350 stand dengan jumlah eksebitor (peserta) pameran sebanyak 775 peserta dari berbagai negara penghasil kopi,” pungkas Mustawalad.(Sumber)

"Agro Aceh" Produsen Kopi Gayo Ikut Pameran di AS

MedanBisnis – Redelong. Koperasi dari dataran tinggi Gayo akan mengikuti pameran kopi terbesar di dunia yang diadakan Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Oregon Convention Center, Portland, Oregon, Amerika Serikat (AS). Pameran diadakan selama tiga hari, mulai tanggal 19 hingga 21 April 2012.
Untuk tahun 2012 ini, yang ikut langsung dalam pameran tersebut adalah Iwan Rahmat dari APKO, Shalat dan Aulian dari GLOC, serta Armiya dari Permata Gayo. Sementara utusan dari Asosiasi Producers Fair Trade Indonesia dan Forum Kopi Fair Trade Asia Pasifik adalah Mustawalad yang menjabat ketua organisasi tersebut.

"Agenda SCAA adalah pelaksanaan pameran kopi dan pameran peralatan yang berhubungan dengan kopi, simposium dan barista," jelas Mustawalad, Senin (16/4).

Dia menambahkan, pameran kopi terbesar ini juga akan dihadiri eksportir kopi Gayo seperti CV Ujang Jaya, GLOC dan Permata Gayo.

Produser kopi dari Gayo akan membuka dua booth (stand), yakni stand untuk pasar internasional dan stand untuk pasar AS. Pasar AS dibantu Fair Trade USA yang akan dikoordinir Armiya dan tiga koperasi yaitu APKO, GLOC serta Permata Gayo.

"Dan untuk pasar yang lebih luas seperti Eropa, Asia dan Amerika sendiri, stand kopi Gayo bersama Fair Trade International, dimana lokasi kedua stand tersebut tidak terlalu berjauhan," tambah Mustawalad.

Dijelaskan lagi, sampel untuk kebutuhan pameran ini berasal dari koperasi-koperasi yang telah memiliki sertifikat fair trade dan organik. Koperasi di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang memiliki sertifikat tersebut yakni Koperasi Ketiara, Adil Wiladah Mabrur, Kopi Gayo Organik (KKGO), Bies Utama, Sara Ate, Arinagata, Askogo, Tunas Indah, Asosiasi Petani Kopi Organik (APKO), Gayo Linge Organic Coffee (GLOC), Gayo Mandiri dan koperasi Permata Gayo.

"Bagi produser kopi Gayo, ini merupakan kesempatan yang sangat penting karena Amerika merupakan pasar utama kopi Gayo. Pada tahun 2010 kopi Gayo yang bersertifikat fair trade dan organik menempati urutan kopi keempat yang dijual di pasar Amerika," jelas Mustawalad.

Dalam pameran kopi ini, petani atau produser kopi dapat bertatap muka langsung dengan penikmat kopi, yakni mereka yang sebelumnya telah membeli kopi dari importir di AS. "Harapan kita adalah, ini dapat membuka lebih luas akses pasar untuk kopi Gayo baik itu di Amerika Serikat dan negara Eropa serta pasar baru di Asia," imbuh Mustawalad.

Setelah selesainya acara pameran, nantinya beberapa perwakilan koperasi akan melanjutkan lawatannya ke kanada serta beberapa negara Eropa seperti Swiss, guna menjajaki pemasaran kopi Gayo.(Sumber)

Travel "Dian Almaaz Wisata"


TOUR DALAM DAN LUAR NEGERI, TIKET PESAWAT MURAH, RESERVASI HOTEL. CALL. PT. DIAN ALMAAZ TOUR & TRAVEL SERVICE 0651 31424/ 0651 31367 Email: dian_tour@yahoo.co.id 

Adat dan Ciri Khas Aceh

Written By T Noval Ariandi on Sunday, 17 June 2012 | 10:01

Lagenda Putri Pukes Antara Mitologi dan Fakta Sejarah

Tidak bisa dipungkiri bahwa takengon adalah daerah yang sejuk dan pas untuk mencari ketenangan setelah berastagi. Bagaimana tidak ?!, Takengon, wilayah yang merupakan bagian dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ini memiliki alam Aceh yang lain dari wilayah Aceh lainnya, yaitu : daerah berhawa sejuk sehingga jika kita berkunjung kesana maka yang akan tersirat dibenak kita adalah betapa sejuknya daerah ini. 
Daerah berhawa sejuk ini menyimpan sebuah cerita rakyat yang dikenal dengan “Lagenda Putri Pukes”. Lagenda aceh “Putri Pukes”, menceritakan manusia menjadi batu. Gua putri pukes terletak didaerah takengon tepatnya jika kita mengelilingi danau laut tawar maka akan menemukan sebuah gua yang menghadap Kampung Nosar, Kecamatan Bintang. Jika dari Kampung Mandale, Kecamatan Kebayakan berjarak sekitar 5 KM dan dari Kampung Bintang, Kecamatan Bintang sekitar 22 KM. Gua putri pukes merupakan salah satu objek wisata andalan Aceh di Kabupaten Aceh Tengah, Takengon. 
Cerita rakyat yang dikenal dengan lagenda ini berdiri antara 2 gerbang misteri, yaitu sebuah mitologi belaka atau sebuah sejarah Aceh (fakta Aceh). Anggapan demikian muncul karena pada maret 2009 tim arkeologi dari Medan, Sumatera Utara melakukan penelitian situs sejarah di Takengon, Aceh Tengah menemukan kerangka manusia yang diperkirakan berusia 3.500 tahun di gua putri pukes. Menurut tim arkeologi bahwa komunitas orang-orang purba disitus ini mempunyai kebiasaan mengebumikan mayat dengan menindihkan batu diatasnya untuk menghindari mayat tidak dimakan binatang buas. Tapi, betul tidaknya lagenda ini hingga sekarang belum ada yang bisa memastikan walaupun telah ditemukannya fakta sejarah oleh tim arkeologi dari Medan. 
Sangat disayangkan gua putri pukes tempat lagenda itu diceritakan sudah disemen dan ditambah-tambah sehingga tidak lagi alami. Didalam gua putri pukes terdapat batu yang dipercayai adalah putri pukes yang telah menjadi batu, kemudian sumur besar, kendi yang sudah menjadi batu, tempat duduk  untuk orang masa dahulu dan alat pemotong zaman dahulu.
Menurut anggapan masyarakat sekitar batu putri pukes yang makin membesar disebabkan karena kadang-kadang putri pukes menangis sehingga air mata yang keluar menjadi batu juga kemudian air sumur yang terdapat digua putri pukes setiap 3 bulan kering dan tidak ada airnya, tidak diketahui apa penyebabnya akan tetapi jika sumur tersebut berisi air  maka akan ada orang pintar atau paranormal datang untuk mengambil air tersebut. Disamping itu hal yang menarik lainnya adalah kendi yang telah menjadi batu dimana pernah ada seseorang yang mengambil kendi itu tetapi ia mengembalikannya karena ia dilanda resah setelah mengambilnya dan adanya tempat bertapa yang digunakan oleh orang zaman dahulu untuk bertapa guna mencari ilmu serta alat pemotong peninggalan manusia purba ditemukan dalam gua putri pukes. 
Tempat wisata Aceh yang terletak dialam Aceh nan sejuk, ternyata tidak semua orang atau suku gayo yang mendiami tempat ini mengetahui cerita tentang putri pukes. Sebagian dari orang gayo mengetahui lagenda itu tetapi tidak mengetahui alur cerita putri pukes. 

Berikut merupakan cerita putri pukes yang dikutip dari berbagai sumber dan informasi, yaitu : 
Putri pukes adalah sebuah kisah yang terjadi saat mayoritas orang gayo masih menganut agama hindu. Putri pukes adalah nama seorang gadis kesayangan dan anak satu-satunya sebuah keluarga diKampung Nosar. Suatu ketika, ia dijodohkan dengan seorang pria yang berasal dari Samar Kilang, Kecamatan Syiah Utama kabupaten Aceh Tengah (sekarang Kabupaten Bener Meriah). Pernikahan pun dilaksanakan berdasarkan adat setempat. Mempelai wanita harus tinggal dan menetap ditempat mempelai pria. Dimasyarakat gayo ada beberapa model perkawinan adat gayo, seperti : Angkap, Kuso-Kini dan Juelen. 
1. Perkawinan Angkap 
Perkawinan ini terjadi, jika salah satu keluarga tidak mempunyai keturunan anak laki-laki yang berminat mendapat seorang menantu laki-laki maka keluarga tersebut meminang sang pemuda (umumnya laki-laki berbudi baik dan alim). Inilah yang dinamakn “angkap berperah, juelen berango” (angkap dicari, juelen diminta). Menantu laki-laki, diisyaratkan supaya selamanya tinggal dalam lingkungan keluarga pengantin wanita dan dipandang sebagai pagar pelindung keluarga. Sang menantu mendapat harta warisan dari keluarga istri. Dalam konteks ini dikatakan “anak angkap penyapuni kubur kubah, si muruang iosah umah, siberukah iosah ume” (menantu laki-laki penyapu kubah kuburan, yang ada tempat tinggal beri rumah, yang ada lahan beri sawah).
  
2. Perkawinan Kuso-Kini 
Perkawinan ini termasuk jenis perkawinan adat yang modern, karena meletakkan syarat bahwa kedua mempelai bebas menentukan pilihan, dimana mereka akan tinggal menetap dan tidak membeda-bedakan kedudukan kedua orang tua masing-masing. Perkawinan model ini dipandang paling toleransi dan demokrasi karena mengakui hak menentukan pilihan serta menempatkan derajat laki-laki dan wanita sejajar dalam ukuran hukumadat, hukum positif dan kekuatan syariah. Itu sebabnya model perkawinan ini menjadi pilihan dari kebanyakan orang gayo dibandingkan perkawinan lainnya terutama bagi masyarakat yang menetap di kota-kota atau perantauan. 

3. Perkawinan Juelen 
Perkawinan ini adalah jenis perkawinan yang agak unik dalam masyarakat gayo, sebab mempelai wanita dianggap sudah dibeli dan disyaratkan mesti tinggal selamanya dalam lingkungan keluarga mempelai laki-laki. Kata “Juelen” sendiri secara harfiah mengandung arti sebagai barang jual, artinya dengan sudah terjadinya ijab qabul maka keluarga pengantin wanita secara hukum telah menjual anak perempuannya dan suami berkuasa dan bertanggung jawab penuh terhadap wanita yang sudah dibelinya. Inilah yang disebut “sinte berluwah” (pengantin wanita dilepas). Secara ekstrim digambarkan “juelen bertanas mupinah urang”(pengantin wanita dilepas maka bertukar kampung, marga, suku, dan belah). Hubungan kekeluargaan antara pengantin wanita dengan keluarga asal menjadi renggang, walau tidak terputus sama sekali. Status wanita dalam perkawinan ini seperti budak yang sudah dibeli dan “koro jamu” (kerbau tamu) dalam lingkungan masyarakat suaminya. Tidak ada hak sosial yang melekat dalam dirinya selain mengabdi kepada suami/keluarga, membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Hak mengunjungi orang tua asal tidak lagi bebas karena segalanya sudah bertukar kepada keluarga mempelai laki-laki baik kampung, marga, suku dan belah kecuali dalam hal-hal tertentu, seperti : keluarga meninggal dunia dan berkunjung di hari raya. 
Dalam kisah putri pukes adat perkawinan yang dipakai adalah perkawinan dengan sistem “juelen”.  Hal ini diketahui karena berdasarkan kisah setelah selesai resepsi pernikahan dirumah mempelai wanita, ia diantar menuju tempat tinggal mempelai laki-laki. Pihak mempelai wanita diantar ketempat tinggal mempelai laki-laki didalam bahasa gayo disebut “munenes”. 
Pada acara “munenes”pihak keluarga mempelai wanita dibekali sejumlah peralatan rumah tangga, seperti kuali, kendi, lesung, alu, piring, periuk dan sejumlah perlengkapan rumah tangga lainnya. Adat “munenes” biasanya dilakukan pada acara perkawinan yang dilaksanakan dengan sistem “juelen”, dimana pihak wanita tidak berhak lagi kembali ketempat orang tuanya. 
Pada saat putri pukes akan dilepas oleh orang tuanya ketempat mempelai laki-laki dengan iring-iringan pengantin, ibu putri pukes berpesan kepada putri pukes yang sudah menjadi istri sah mempelai laki-laki (Nak, sebelum kamu melewati daerah pukes, yaitu rawa-rawa yang sekarang menjadi Danau Laut Tawar. Kamu jangan pernah melihat ke belakang, kaqta ibu putri pukes). 
Sang putri pun berjalan sambil menangis dan menghapus air matanya yang keluar terus-menerus. Karena tidak sanggup menahan rasa sedih, ia lupa akan pantangan yang disampaikan oleh ibunya tadi. Secara tak sengaja putri pukes menoleh ke belakang seketika itu petir pun menyambar, awan menjadi gelap kemudian sang putri berubah menjadi batu seperti yang sekarang kita jumpai di dalam gua putri pukes.
Apakah ini sebuah mitologi atau sejarah Aceh (fakta Aceh)?, tetapi warga setempat percaya kalau cerita putri pukes benar adanya. Nah! Penasaran aku pikir tak ada salahnya kalau kita tak hanya sekedar melihat danau laut tawar tapi kta juga harus mengunjungi gua putri pukes yang menarik ini. Disana nantinya kamu-kamu bisa menilai sendiri apakah objek wisata ini mitologi atau benar-benar terjadi!. Ayo kita kunjungi besama-sama gua putri pukes ini ajak om, tante, ayah, ibu, kakek, nenek kamu atau semua orang-orang yang kamu sayangi lainnya. Pokoknya dijamin asyik dan menyenangkan karena plus ada fanorama alam nanindah dan sejak disana.(Sumber)

Masjid Quba Takengon, Saksi Sejarah Kebrutalan PKI

Takengon – Siapa yang kenal dengan Masjid Quba. Masjid yang merupakan sejarah aksi pembakaran Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 21 1965 itu, telah menghiasi Kabupaten Aceh Tengah. Bukan hanya memiliki sejarah yang menarik, masjid yang terletak di Jalan Blang Gele, Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah ini, kubahnya saja sepanjang 20 meter.
Selain itu, sumur tua yang berada di areal masjid disebut-sebut bisa dibuat obat alias air keramat. Dan pada bulan puasa ini, sudah pasti Masjid Quba disesaki pengunjung untuk berbibadah. Tak jarang, dari luar daerah yang melintas, menyempatkan diri untuk bersujud.
Ceritanya, dulu bangunan Masjid Quba semi permanen pernah dibakar oleh anggota PKI. Sedangkan pendiri Masjid Quba pertama sekali oleh almarhum H. Abdurrahman, yang dulunya Masjid Mutelong, kini sekarang Masjid Besar Quba Bebesen.
Namun sayang, tidak banyak warga yang mengetahui sejarah secara detail tentang berdirinya masjid tersebut.”Memang bangunan masjid Quba yang masih permanen itu pernah dibakar oleh PKI. Dan untuk membangun kembali, masyarakat mencari dana khususnya di Takengon maupun Bener Meriah.
Ukuran bangunan masjid quba saat ini seluas 1.686 Meter persegi dengan daya tampung 3000 jemaah,” kata Kepala Kampung Blang Gele, Kecamatan Bebesan, Kabupaten Aceh Tengah, H Adam Usman kepada wartawan koran ini, kemarin.
Sedangkan pondasi bangunan dengan arsitektur moder baru. Pada awalnya, pembangunan masjid tahun 1930 hanya beratap daun dan seterusnya diperbaiki dengan bentuk permanen sebelum jamam Belanda. “Masjid ini merupakan masjid pertama di Gayo ini, bahkan diperkirakan masjid tertua di daerah dari masjid asir-asir,” ungkap H Adam Usman.
Menurutnya, keunitkannya, air telaga di bawah masjid yang memiliki sumur keramat. Air telaga itu sering digunakan oleh masyarakat gayo terutama untuk berobat. Sedangkan perehaban masjid tersebut sudah dua kali melalui swadaya masyarakat dan pemerintah setempat.
Dia menjelaskan, selama bulan puasa ini, Masjid Quba selalu disesaki oleh masyarakat yang ingin beribadah.
Disebutkan Kepala Kampung itu, dulunya Masjid Quba disebut dengan nama Masjid Mutelong yang menggunakan atap seng daun ijo. Masih kata kepala kampung Bebesen itu, masjid besar Quba Bebesen juga memiliki perkarangan jompo seluas, 2.058 meter dan gedung pesantren seluas 3.841 meter, yang kini masih berjalan. Masjid Besar Quba Bebesen pada mulanya disebut juga Masjid Ijo atau Masjid Mutelog pada tahun 1930.(Sumber)

Budaya Peucut Kerkhof Belanda, Sebagai Jati Diri Aceh

Kompleks kuburan militer Belanda terletak di tengah-tengah kota Banda Aceh, sampai saat ini masih terawat dengan baik. Kompleks kuburan ini lebih dikenal sebagai Peucut Kerkhof dan ini membuktikan Pemerintah Aceh dan masyarakatnya tidak pernah dendam tentang masa lalu.
Salah satu jejak dokumen sejarah yang masih tersisa di Aceh sekarang ini adalah komplek kuburan militer Belanda. Pemerintah kota Banda Aceh telah merawat dengan baik sekitar 2200 jasad prajurit Belanda, termasuk serdadu tawanan yang dibawa dari Ambon dan Pulau Jawa, pada saat Belanda memerangi Aceh 26 Maret 1873 sampai 1942. Empat jenderal Belanda juga dikuburkan di Peucut Kerkhof, ucap Adli Abdullah, pemerhati sosial budaya Aceh.
“Sebenarnya ada empat jendral Belanda yang meninggal di Aceh, Köhler, Van Swieten, Pel dan satu lagi saya lupa. Seperti Köhler misalnya, dia meninggal 14 April 1873, gugur di depan Mesjid Raya, kemudian oleh pasukannya dilarikan ke laut dan dibawa. Sehingga ekspedisi Belanda pertama itu gagal. Balik ke Jakarta dan dimakamkan di Tanah Abang, di Jakarta. Dikembalikan ke Aceh sebenarnya tidak ada rencana awalnya. Cuma atas inisiatif Gubernur Aceh waktu itu Muzakir Walad, karena Köhler ini meninggalnya di Aceh, apalagi karena kena penggusuran di Jakarta, karena perluasan kantor Balai Kota, makanya tulang belulangnya dimakamkan di Aceh,” sebut Adli Abdullah.
Sebelum kita memasuki halaman kuburan Peucut Kerkhof, terdapat kalimat bertuliskan “2200 Prajurit dikuburkan di sini. Angkatan Perang Kerajaan Hindia Belanda Timur (KNIL) membayar mahal atas kehadirannya di Aceh.”

Perang atau sakit

Amri, penjaga makam yang sudah 17 tahun bertugas merawat kompleks Peucut Kerkhof menjelaskan, di setiap batu nisan dibuat tanda untuk menjelaskan yang dikuburkan tersebut tewas karena perang atau karena sakit.
“Tanggung jawab saya cukup luar biasa. Kebersihannya. Pokoknja hari potong rumput, supaya kerkhof ini tetap bersih. Yang rusak-rusak diperbaiki yang bagus. Dicat, baik itu kuburan, pagar sekeliling kerkhof diperbaiki, sampai kantor-kantornya, perumahan karyawan di sini,” ujarnya.
Nama kerkhof berasal dari bahasa Belanda yang berarti halaman gereja atau kuburan. Sedangkan Peucut berasal dari nama salah seorang putera Sultan Iskandar Muda yang dihukum mati dan dikuburkan di salah satu bukit kecil di dalam komplek makam. Sehingga penggabungan nama Peucut Kerkhof dikenal sebagai situs sejarah peninggalan Belanda di areal seluas 3,25 hektar.

Didirikan di Aceh

Sementara itu perawatan Peucut Kerkhof dibiayai oleh Stichting Peucut Fonds atau Yayasan Dana Peucut. Yayasan tersebut pada dasarnya bermaksud untuk menyelamatkan kuburan militer Belanda agar dapat disaksikan oleh generasi mendatang. Dewan pengurus yayasan khususnya mengumpulkan dana untuk perbaikan dan pemeliharaan semua aktivitas ini sesuai dengan MOU antara Pemerintah Aceh dengen Belanda. Yayasan Dana Peucut sendiri berdiri sejak 29 Januari 1976, ketua yayasan pertama bernama Letnan Jendral F. van der Veen seorang perwira di Korp Marrechaussee yang pernah bertugas di Aceh, karena memang korps itu didirikan di Aceh.
Peucut Kerkhof merupakan gambaran nyata bagi masyarakat Aceh. Setiap kuburan memiliki kisahnya sendiri. Ini bukti kedahsyatan perang Aceh melawan Belanda tidak membuat situs sejarah ini terbengkalai. Karena masyarakat Aceh tidak membawa dendam sampai mati.
Adli Abdullah juga menjelaskan, bagi masyarakat Aceh musuh itu tidak dibawa sampai mati. Musuh itu ada ketika masih hidup, kalau sudah meninggal itu dianggap sudah menjadi Bani Adam. Makanya pihak-pihak Belanda pada waktu itu, tahun 1984, setuju, waktu Pak Muzakir minta supaya abu jenazah Köhler dibawa pulang ke Aceh. Itu tindakan yang spektakuler.
Bahkan setelah itu, kuburan Duta Besar Aceh yang ada di Belanda pun direnovasi. Sehingga Gubernur Aceh Muzakir Walad datang ke Belanda di Middelburg. Dubes itu, Tengku Syeh Abdul Hamid yang pernah dikirim oleh Sultan Syaidil Kamil pada tahun 1601 sebagai Duta Besar Aceh di Negeri Belanda dan meninggal di Belanda. Jadi Köhler dibawa pulang ke Aceh dan kuburan Tengku Syeh Abdul Hamid pun direnovasi. Jadi bagian bukti-bukti sejarah. Makanya sejarah itu penting, itu bagian indentitas suatu bangsa.(Sumber)

Akomodasi Aceh

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Wisata Aceh - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger