Lhokseumawe – “Piyoh..piyoh, lemak mameh boh drien Buloh, neu piyoh hai rakan keuno neu pajoh,”
sorak para pedagang di Jalan Perdagangan Kota Lhokseumawe, saling
menarik pelanggan yang artinya kira-kira; singgah..singgah, lemak manis
durian Buloh, mari singgah hai kawan disini kita makan.
Ramai pedagang yang lantang menyapa, memanggil mereka yang melintasi
jalan utama dalam kota. Maklum saja, saat ini musim durian sedang
menggerayangi kota Petro Dollar tersebut. Suasana malam menjadi semakin
ramai. Laiknya sebuah pasar malam.
Merasa penasaran, The Atjeh Post pun singgah di salah satu lapak penjual durian yang dalam bahasa latinnya disebut dengan durio zibethinus
ini. Pemilik lapak durian tersebut bernama Haji Uma. Usianya sudah 41
tahun. Warga Puenteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe ini
merupakan agen besar pemasok durian terbesar di kota tersebut.
Pria Berprawakan tinggi besar ini, mencoba menarik perhatian pelanggan
dengan membelah sebuah durian dan lansung menyodorkannya kepada kami.
“Neu tes jue hai bang, hana loen lakee peng (silakan tes hai bang, tidak saya minta uang),” tungkas Haji Uma sembari tersenyum pada Rabu 11 Juli 2012.
"Lemak ngon mameh boh drien buloh, nyoe kon bang? (lemak dan manis durian buloh, ya kan bang?)," kata Haji Uma, menggoda pelanggan lain dengan mengharap persetujuan kami.
Menurut Haji Uma, durian-durian itu berasal dari Desa Buloh Blang Ara,
Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara. Di desa itu, para pekebun
yang memilki pohon durian saat ini sedang memanen tahap awal buah yang
memilki bau menyengat itu.
Rasanya memang begitu manis, dagingnya yang tebal membuat buah itu juga
lemak. Dikatakan Haji Uma, lemak manis durian itu karena para pekebun
di desa Buloh tidak memetik langsung buahnya dari pohon. Melainkan
menunggu buah itu jatuh dengan sendirinya.
"Hana geu pot, geu preh rheut dari bak jih langsung (tidak dipetik, menunggu jatuh dari pokoknya lansung),” kata Haji Uma.
Harga Durian yang ditawarkan oleh para pedagang, dikatakan Haji Uma
relatif murah. Untuk buah durian berukuran besar, sebut dia hanya dijual
dengan harga dua puluh ribu rupiah per buahnya. Sedangkan yang
berukuran sedang dijual dengan harga lima belas ribu rupiah dan untuk
yang kecil bisa mencapai sepuluh ribu rupiah saja.
"Kali nyoe agak murah bacut yum, paleng meuhai dua ploh ribee, hai nyan kon keupu laen, bak mandum beu jeut geupajoh boh nyoe (kali
ini agak murah sedikit harganya, paling mahal dua puluh ribu rupiah,
itu agar semua orang bisa memakan buah ini," jelas Haji Uma.
Durian-durian asal desa Buloh Blang Ara itu, bukan hanya dipasarkan di
Kota Lhokseumawe saja. Produk lokal pekebun tersebut bahkan dijual
hingga keluar daerah. Misalnya dikirim hingga ke Medan, Banda Aceh,
Sabang serta beberapa daerah lainnya. Lebih menarik lagi, peminat buah
durian di Kota Lhokseumawe juga berasal dari luar negeri seperti dari
Korea dan Amerika. Seperti yang berasal dari Korea dikatakan Haji Uma,
mereka bahkan memborong buah durian hingga 50 dan 60 buah dari lapaknya.
"Na awak bulek Amerika, awak Korea na syit yang bloe (ada orang bule Amerika, orang Korea juga ada yang membeli)," jelas Haji Uma.
Panen raya buah durian menurut Haji Uma akan lebih terasa berat pada
bulan Suci Ramadhan. Saat itu, kata dia, harga buah durian akan menurun
dan lebih murah dari harga sekarang.
Tidak hanya pedagang durian yang bisa meraup untung dari durio
zibethinus ini. Pedagang pulot bakar juga kelimpahan rezeki saat durian
tiba musim panen. Marlia salah satunya.
Wanita berusia 35 tahun yang berasal dari Dusun Mulia Kota Lhokseumawe
yang menjajakan pulot bakar tersebut kerap meraup untung besar saat
musim panen durian. Dari satu bambu beras pulut yang dibuatnya, ia bisa
mendapatkan keuntungan hingga delapan puluh ribu rupiah.
Padahal, harga beras pulut per bambunya hanya berkisar tiga pulu ribu
rupiah saja. Harga pulut per satu buah dijual nya dengan harga seribu
rupiah. Kemudian pulut itu oleh para pembeli dipadukan dengan durian
Buloh untuk penganannya.
"Memang lemak mameh boh drien Buloh," kata Marlia, seraya mengumbar senyum lebar dan menyuguhkan jajanan pulotnya pada The Atjeh Post. (Sumber)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !