Headlines News:

Seni Batu Cincin Aceh

Written By T Noval Ariandi on Saturday, 28 July 2012 | 07:10


1. Batu Giwang
Kode : BTC001
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Coklat Hitam
 Harga :  Rp.




2. Batu Bunga Karang
Kode : BTC002
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Coklat Hitam
 Harga : Rp.



   
3. Batu Kecubung
Kode  : BTC003
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.



4. Batu xxx
Kode  : BTC004
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




5. Batu xxx
Kode  : BTC005
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.
  



6. Batu xxx
Kode  : BTC006
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




 
7. Batu xxx
Kode  : BTC007
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.



  
8. Batu xxx
Kode  : BTC008
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.



9. Batu xxx
Kode  : BTC009
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.





10. Batu xxx
Kode  : BTC010
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




11. Batu xxx
Kode  : BTC011
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.





12. Batu xxx
Kode  : BTC012
Ukuran : P 3.5 cm x L 2.5 cm x T 2 cm
Warna : Hitam
 Harga : Rp.




PT. Sabang Travel

Written By T Noval Ariandi on Friday, 27 July 2012 | 10:23


Melayani Travel Antar Jemput Bandara SIM

Alamat Kantor: T. Iskandar No.32 Baurewe, Banda Aceh
Contak Person: 0651-34807, Fax. 0651-34808, 0852 7743 1415

Tsunami & History Banda Aceh TOUR PACKAGE



ANDA ACEH TOUR
03 HARI 02 MALAM ­_ STBNAT01

I T I N E R A R Y  T O U R :
 HARI  01 | TIBA -  BANDA ACEH  (X/L/D)
Tiba di bandara Sultan Iskandar Muda, Check in hotel, mengunjungi mesjid baiturahman banda aceh , Mengunjungi museum Tsunami, The Tugu “Thanks To Word”Tsunami blang padang, Kapal PLTD Apung yang terletak ditengah pemukiman penduduk Museum aceh dan Rumah adat aceh, lonceng cakra donya, gunongan, taman putroe phang, kuburan belanda kherkof.Acara bebas

HARI 02| BANDA ACEH –LHOKNGA/LAMPU’UK  (B/L/D)
mengunjungi makam syiah kuala yang merupakan makam yang selamat diterjang ombak tsunami, kapal boat nelayan yang terletak diatas rumah, Mengunjungi kuburan massal tsunami di ulee lheue, pelabuhan ulee lheue yang pernah diporakporandakan oleh tsunami, Mengunjungi wisata sejarah  Rumoh Cut Nyak Dhien yaitu rumah tinggal pahlawan aceh. mengunjungi wisata bahari pantai lhoknga/lampuuk yang sangat indah dan juga pernah diterjang ombak tsunami., wisata kuliner malam di “Rex culinary tourism”/acara bebas

HARI  03| FREE PROGRAME – TRANSFER OUT  (B/L/X)
Check out hotel,. Kemudian belanja souvenir aceh selanjutnya menuju bandara sulthan iskandar muda guna melanjutkan perjalanan menuju kota tujuan anda. Acara tour selesai


Paket termasuk:
  • Ac transportasi
  • 2 x makan pagi di hotel, 3 x makan siang, 2 x makan malam
  • Lokal guide
  • Tiket masuk tempat Wisata sesuai program tour di atas
  • 2 malam akomodasi sesuai hotel pilihan di atas
  • Mineral water / aqua selama aktifitas berlangsung
Paket tidak termasuk:
  • Tipping guide & supir
  • Pengeluaran pribadi (Laundry, Telephone, Mini Bars,dll)
  • Tiket pesawat
  • Airport tax
  • Porter

Note:
  • Harga bisa berubah sewaktu-waktu
  • Uang Muka 50% dari total harga yang dikonfirmasi 15 hari sebelum hari H.
  • Sisa pembayaran 50% ditransfer 2 hari sebelum hari kedatangan (Bukti pembayaran di Fax).
  • Apabila tour dibatalkan 7(tujuh) hari sebelum hari kedatangan, dikenakan biaya pembatalan 50% dari harga paket, dan
  • Apabila tour dibatalkan pada hari H, biaya pembatalan 100% dari harga paket dan jadwal bisa berubah sesuai dengan permintaan.

Lemak Mameh Boh Drien Buloh

Lhokseumawe – “Piyoh..piyoh, lemak mameh boh drien Buloh, neu piyoh hai rakan keuno neu pajoh,” sorak para pedagang di Jalan Perdagangan Kota Lhokseumawe, saling menarik pelanggan yang artinya kira-kira; singgah..singgah, lemak manis durian Buloh, mari singgah hai kawan disini kita makan.
Ramai pedagang yang lantang menyapa, memanggil mereka yang melintasi jalan utama dalam kota. Maklum saja, saat ini musim durian sedang menggerayangi kota Petro Dollar tersebut. Suasana malam menjadi semakin ramai. Laiknya sebuah pasar malam.
Merasa penasaran, The Atjeh Post pun singgah di salah satu lapak penjual durian yang dalam bahasa latinnya disebut dengan durio zibethinus ini. Pemilik lapak durian tersebut bernama Haji Uma. Usianya sudah 41 tahun. Warga Puenteut Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe ini merupakan agen besar pemasok durian terbesar di kota tersebut.
Pria Berprawakan tinggi besar ini, mencoba menarik perhatian pelanggan dengan membelah sebuah durian dan lansung menyodorkannya kepada kami.
Neu tes jue hai bang, hana loen lakee peng (silakan tes hai bang, tidak saya minta uang),” tungkas Haji Uma sembari tersenyum pada Rabu 11 Juli 2012.
"Lemak ngon mameh boh drien buloh, nyoe kon bang? (lemak dan manis durian buloh, ya kan bang?)," kata Haji Uma, menggoda pelanggan lain dengan mengharap persetujuan kami.
Menurut Haji Uma, durian-durian itu berasal dari Desa Buloh Blang Ara, Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara. Di desa itu, para pekebun yang memilki pohon durian saat ini sedang memanen tahap awal buah yang memilki bau menyengat itu.
Rasanya memang begitu manis, dagingnya yang tebal membuat buah itu juga lemak. Dikatakan Haji Uma, lemak manis durian itu karena para pekebun di desa Buloh tidak memetik langsung buahnya dari pohon. Melainkan menunggu buah itu jatuh dengan sendirinya.
"Hana geu pot, geu preh rheut dari bak jih langsung (tidak dipetik, menunggu jatuh dari pokoknya lansung),” kata Haji Uma.
Harga Durian yang ditawarkan oleh para pedagang, dikatakan Haji Uma relatif murah. Untuk buah durian berukuran besar, sebut dia hanya dijual dengan harga dua puluh ribu rupiah per buahnya. Sedangkan yang berukuran sedang dijual dengan harga lima belas ribu rupiah dan untuk yang kecil bisa mencapai sepuluh ribu rupiah saja.
"Kali nyoe agak murah bacut yum, paleng meuhai dua ploh ribee, hai nyan kon keupu laen, bak mandum beu jeut geupajoh boh nyoe (kali ini agak murah sedikit harganya, paling mahal dua puluh ribu rupiah, itu agar semua orang bisa memakan buah ini," jelas Haji Uma.
Durian-durian asal desa Buloh Blang Ara itu, bukan hanya dipasarkan di Kota Lhokseumawe saja. Produk lokal pekebun tersebut bahkan dijual hingga keluar daerah. Misalnya dikirim hingga ke Medan, Banda Aceh, Sabang serta beberapa daerah lainnya. Lebih menarik lagi, peminat buah durian di Kota Lhokseumawe juga berasal dari luar negeri seperti dari Korea dan Amerika. Seperti yang berasal dari Korea dikatakan Haji Uma, mereka bahkan memborong buah durian hingga 50 dan 60 buah dari lapaknya.
"Na awak bulek Amerika, awak Korea na syit yang bloe (ada orang bule Amerika, orang Korea juga ada yang membeli)," jelas Haji Uma.
Panen raya buah durian menurut Haji Uma akan lebih terasa berat pada bulan Suci Ramadhan. Saat itu, kata dia, harga buah durian akan menurun dan lebih murah dari harga sekarang.
Tidak hanya pedagang durian yang bisa meraup untung dari durio zibethinus ini. Pedagang pulot bakar juga kelimpahan rezeki saat durian tiba musim panen. Marlia salah satunya.
Wanita berusia 35 tahun yang berasal dari Dusun Mulia Kota Lhokseumawe yang menjajakan pulot bakar tersebut kerap meraup untung besar saat musim panen durian. Dari satu bambu beras pulut yang dibuatnya, ia bisa mendapatkan keuntungan hingga delapan puluh ribu rupiah.
Padahal, harga beras pulut per bambunya hanya berkisar tiga pulu ribu rupiah saja. Harga pulut per satu buah dijual nya dengan harga seribu rupiah. Kemudian pulut itu oleh para pembeli dipadukan dengan durian Buloh untuk penganannya.
"Memang lemak mameh boh drien Buloh," kata Marlia, seraya mengumbar senyum lebar dan menyuguhkan jajanan pulotnya pada The Atjeh Post. (Sumber)

Kampung Jacky Chan di Aceh

Kampung persahabatan Indonesia-Tiongkok yang lebih terkenal dengan Kampung Jacky Chan terletak di di perbukitan Desa Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, sekitar 17 km dari Banda Aceh.



Mengapa lebih dikenal Kampung Jacky Chan? Padahal, yang membangun pemerintah Tiongkok? Konon yang mensponsori dan menggalang dananya Jacky Chan. Tapi, dalam prasasti disebutkan bahwa Kampung Jacky Chan atau Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok itu didanai China Charity Federation and Red Cross Society of China. Dan, pelaksanaan pembangunan dilakukan langsung oleh kontraktor dari Tiongkok, yakni Synohydro Coorporation China, yang diresmikan 19 Juli 2007.

Pemerintah Tiongkok membangun 606 unit rumah tipe 42 di areal 22,4 hektare untuk korban tsunami 2004,Pembangunan hunian korban tsunami itu merupakan hasil kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok saat Presiden SBY berkunjung ke negeri itu pada 28 Juli 2005. Kesepakatan itu dilanjutkan oleh donatur masyarakat Tiongkok bekerja sama dengan Kabupaten Aceh Besar. Termasuk dalam hal pemilihan lokasi.

Peletakan batu pertama dilakukan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Lian Lik Juan. Pada 19 Juli 2007, kompleks hunian korban tsunami yang menelan dana USD 7 juta (sekitar Rp 65 miliar) itu diresmikan. Pekerjaan senilai USD 7 juta merupakan proyek hibah terbesar Tiongkok di antara daerah yang sama-sama dilanda tsunami.

Nuansa negeri Tiongkok begitu kental saat memasuki gerbang Kampung Jacky chan yang sebenarnya mirip kompleks bungalo, atau vila itu.




Gerbang masuk perumahan cukup lebar dengan ornamen dibuat layaknya memasuki pintu atau gerbang bangunan umumnya di Tiongkok atau kompleks Chinatown di banyak negara. Benar-benar ciri khas Tiongkok. Di sana juga terpampang tulisan ’’Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok’’ dalam huruf besar-besar di pintu masuk.

Selain bangunan yang tertata rapi, jalan mulus naik turun mengikuti kontur perbukitan sungguh elok. Rumah bantuan pemerintah Tiongkok itu lebih mirip kompleks perumahan elite di Pulau Jawa umumnya.
Apalagi, kualitas bangunan rumah masing-masing bertipe 42 itu cukup bagus. Ditambah lagi, cat warna warni pada setiap blok yang makin menambah indahnya perumahan di perbukitan tersebut.



Tak heran, pemukiman korban tsunami yang dibangun pemerintah Tiongkok di perbukitan itu sangat dikenal warga Banda Aceh, Kampung Jacky Chan sungguh sangat strategis. Selain berada di ketinggian sekira 300 meter, juga berjarak sekira 1,5 kilometer dari pantai. Posisi itu membuat kampung itu relatif aman dari tsunami serta memiliki pemandangan yang elok.Sejauh mata memandang, berada di puncak bukit Desa Neuheun, tempat perumahan korban tsunami sumbangan pemerintah Tiongkok dibangun, semuanya tampak indah. Laut, pantai, pelabuhan, permukiman, dan gunung seakan sambung-menyambung. Panorama dari atas bukit benar-benar memesona.

Tampak Kota Banda Aceh, ibu ota Provinsi Serambi Makkah, dengan rumah-rumah dan gedung tinggi. Lalu, agak sebelah kanan terlihat Pelabuhan Ulee Lheu yang sempat porak-poranda oleh tsunami tampak mulai bangkit.





Tak jauh dari perumahan, deretan pantai berpasir putih nan menawan dan sebelahnya Pelabuhan Malahayati. Jauh nun di sana, sekira 32 kilometer dari pantai, tampak jelas Pulau Weh dengan Pelabuhan Balohan.Kalau malam, sorot mobil yang jalan di Pulau Weh tampak dari atas bukit Perumahan.

Kontur Pulau Weh memang berbukit-bukit. Dari Pelabuhan Balohan yang menjadi pintu masuk kapal penumpang, jalannya terus menanjak ke Sabang, ibuKota Pulau Weh, yang jaraknya sekira 10 km.




Perumahan Jacky Chan juga dilengkapi sarana ibadah dengan masjid yang besar dan indah, ada gedung TK, SD, poliklinik, dan sarana bermain. Mulai lapangan basket, lapangan bola, gedung petemuan, hingga pasar mini. Di setiap tempat itu terpampang tulisan ’’Bangunan ini sumbangan masyarakat Tiongkok’’ lengkap dengan huruf China.



Untuk memenuhi kebutuhan air, semula warga sedikit kesulitan karena lokasinya berada di ketinggian. Namun, BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Aceh-Nias berhasil membangun sumur bor di wilayah itu hingga bisa memenuhi kebutuhan penghuni. Listrik pun menyala 24 jam nonstop

Penghuni Kampung Jacky Chan yang merupakan para korban tsunami 26 Desember 2004 terdiri atas beragam latar belakang profesi dan etnis.Nelayan, penarik becak motor (ojek), pedagang, pegawai, maupun wiraswasta, semua ada di sini. Sebagaian dari Aceh, ada keturunan Aceh-Jawa, Tionghoa, dan suku yang lain. Semua hidup rukun dan saling membantu karena merasa senasib.Misalnya, jika ada penghuni lain yang memiliki keperluan mendadak, ada keluarga atau anaknya sakit, dan tidak ada kendaraan, bisa diantar atau meminjam kendaraan penghuni lain. (Sumber)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Wisata Aceh - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger